Pages

Rabu, 15 Agustus 2012

Akhirnya Ku Selesaikan Jua


Ya ALLAH… tak ada satu kata pun yang kan dapat mewakili perasaan syukur ku pada-Mu. Aku merasa manusia paling beruntung sedunia, aku merasa insan yang paling-Mu cinta didunia. Ya ALLAH sungguh malu ku dihadapan-Mu, sujudku tak sepanjang karunia-Mu, ikhlas ku tak semurni ampunan-Mu, bahkan cintaku tak semurni rahmat-Mu. Namun engkau jauh menyanyangi ku bahkan saat ku tak patuh pada-Mu.
Alhamdulillahirrabil’alamin…
Ucapan syukurku pada kebesaran dan keagungan-Mu, Sang pemilik ilmu dan kebahagian. Semoga Rahmat, Cinta dan Kasih Mu masih selalu Engkau hadiahkan dalam hidup ku (Amin). Puji Syukur kepada Mu ya ALLAH…

Kepada Sang Idola dan contoh tauladan, Baginda Rasulullah  SAW yang selalu menginspirasiku akan semangat dan kerja keras yang Engkau sunnahkan kepada umat Mu...

Setelah sekian lama berjuang, akhirnya skripsi ini terselesaikan juga..

Bagi sahabat yang tertarik dengan skripsi biologi saya ini, silahkan download pada link berikut ini...

Download skripsi Biologi ku di sini

Selasa, 07 Agustus 2012

Di Persimpangan, Obati Luka

Aku terduduk di sini. Di persimpangan jalan menjadi saksi kamu pergi. Sejak kamu pergi, dingin menyerang lagi. Namun kali ini bertemankan sepi.

Aku menyaksikan punggungmu perlahan menjauh. Meninggalkan aku dengan hati berjuta gaduh. Entah akankah kamu kembali berlabuh. Tepat di mana hatimu pernah terjatuh.

Aku tak bisa menjadi cahaya. Dalam setiap langkahmu yang penuh lara. Hingga kamu akhirnya memilih dia. Tinggal aku berpeluh luka.

Aku hanya berangan. Menjadikanmu sejuta kenangan. Dalam hati yang penuh harapan. Lupakan aku? Jangan.
Kamu tak perlu meragu. Jika kelak kamu lupa aku. Aku masih di sini terbujur kaku. Obati luka satu persatu.

Kepada Kamu, dari Pundak yang Tak Pernah Lelah

Sudah berapa tetes air mata yang keluar karenanya, dan aku yang mengusapnya?

Sudah berapa senyum yang hilang karenanya, dan aku yang memunculkannya?

Kamu tak pernah benar-benar sadar, atau pura-pura tak sadar apa yang aku lakukan selalu saja tentang kamu. Semoga bukan karena kamu tak mau sadar.

Melakukan apa pun untukmu selalu membuatku resah. Tidak, aku tak memikirkan balasan yang mungkin tak akan aku terima, atau senyum yang sedari awal bukan untukku. Aku hanya gelisah apakah kamu bertahan karena adanya cinta, atau terpaksa. Sampai akhirnya aku menyadari satu sosok dalam cermin. Aku yang bertahan, untukmu.

Entah. Aku tak tahu benar ini tentang cinta. Namun yang aku tahu, cinta memang berkorban sampai sebegininya. Pengorbanannya tak pernah terbatas. Sayangnya kadang tak pernah berbalas.

Akan tetapi apakah cinta yang agam harus bertahan sampai lebam?

Pundakku tak punya kata lelah menampung segala resah dan air matamu untuknya. Ya, tak pernah untukku. Kamu menangis kepadaku, tapi tangisanmu bukan untukku. Setelah semua yang aku lakukan, seketika kamu tersenyum kepadaku, tetapi kemudian menyimpan sebagian besarnya untuk dia.

Jangan salahkan aku terus mendoakanmu bersedih, karena hanya saat itu kamu datang, duduk di sampingku, merebahkan kepala di pundakku.

Racikan Kata

‘Benang Kusut’ Menuju Hatimu

Mencintai kamu tak pernah mudah. Seperti mengumpulkan sekeping demi sekeping peta menuju hatimu. Sudah kususuri lika-likunya, akan tetapi tak kunjung mencapai cintamu. Bahkan sampai menyentuh pun tidak.

Kadang aku tak mengerti, apakah aku yang tidak cukup berusaha meraihnya, atau jalan menuju ke sana yang terlalu rumit? Ya, aku sedang berbicara tentang hatimu. Jika kamu memang punya perasaan yang sama denganku, mengapa bisa serumit ini?

Atau kamu hanya berusaha memperumitnya agar aku tak pernah sekalipun berhasil sampai ke sana?

Apakah cinta seperti ini? Hanya satu pihak yang berusaha meraih ke pihak lainnya?

Aku yakin itu, cintamu begitu berharga. Oleh karenanya aku rela mati berdiri sambil mencari jalan menuju ke sana. Namun apakah arti cintaku bagimu? Sehingga semuanya harus selalu aku. Apakah hatiku tak cukup berharga bagimu sehingga kamu tak berusaha menggapainya sama sekali?

Aku merasa langkah yang harus aku tempuh menujumu seperti benang kusut. Dan aku terjerat di dalamnya. Tak pernah menggapai ujung, tak juga mampu keluar.

Tolonglah, sayang, jangan biarkan aku mencari yang lebih sederhana. Aku hanya mau kamu. Maka, maukah kamu menyederhanakan cinta?

Sederhanakan cinta. Sesederhana namaku diucap ibu dalam doa.


Racikan Kata

Lembaran Baru yang Tertinggal

Halaman demi halaman aku tulis, bersama kamu. Sekian lama harusnya kisah ini cukup kamu mengerti. Atau aku mestinya cukup pahami. Namun cinta tak pernah sederhana. Pahit, iya.

Pena dengan tinta hitam kita ukir selengkung demi selengkung. Beberapa halaman penuh coretan karena amarah yang merana, atau kadang terciprat cemburu yang memburu.

Semuanya kita lanjutkan, karena aku anggap hidup harus terus berlanjut. Dan cinta ini, adalah hidup. Setidaknya bagiku. Aku sudah meninggalkan halaman usang di belakang. Aku berpegang sampai nyawa ini kuregang, kamu yang aku sayang. Setidaknya sampai rasa itu hilang. Entah terjadi atau tidak, ah, jika iya rasanya begitu malang.

Aku mencintamu dengan terlanjur. Aku rela merebahkan jasad hingga terbujur. Kamu diam seribu bahasa, aku lelah menenun asa. Sekali lagi, tak bisakah kamu menunggu? Mencoba mengerti? Atau mungkin sedikit saja pahami? Yang aku tulis dalam hati selalu kamu yang kucintai.

Pegang pena ini bersama, guratkan kisah kita.

Ah, maaf, cerpen kita maksudku. Nampaknya cerita ini terlalu singkat untuk disebut kisah.


Racikan Kata
Powered by BannerFans.com